Perkembangan
industri otomotif di tuntut lebih irit
Perkembangan
otomotif
Sering kita jumpai pada saat itu,
mobil-mobil dengan tingkat konsumsi bahan bakarnya boros: satu liter hanya
untuk tiga kilometer. Anehnya, orang tak ambil pusing dan menganggap kejadian
seperti itu biasa saja, karena harga bensin waktu itu boleh dikatakan masih
murah. Mesin-mesin yang “doyan bensin” waktu itu, di antaranya adalah truk
General Motor Company (GMC) dan Chevrolet buatan Amerika Serikat, begitu laku
keras. Biar boros bensin, tak masalah! Ditambah lagi, kondisi jalan saat itu
yang banyak belum beraspal, membutuhkan mesin kuat yang bisa memberi tenaga
spontan seperti truk-truk di atas. Namun keadaan seperti itu berbalik 180
derajat pada saat ini, setelah harga bahan bakar (BB) melonjak dan persediaan
minyak bumi juga kian menipis. Teknologi mesin pun serta merta dipaksa untuk
adu irit, seiring dengan itu masyarakat yang sudah terbiasa dimanja berbagai
fasilitas pun terus menuntut agar mobil baru semakin hari semakin irit.
Ahli-ahli teknologi mesin pun
menjawab: boleh-boleh saja mesin semakin irit, namun toh tetap harus bertenaga.
Maka, dapat kita saksikan bagaimana industri mesin otomotif berpacu dengan
teknologi baru, dan sekaligus mengalami perkembangan yang cukup mengesankan.
Belum lagi ditambah faktor jalanan raya yang semakin hari semakin mulus.
Tuntutan akan mobil yang irit BB namun bertenaga besar pun semakin menjadi
kenyataan. Truk-truk besar, yang tadinya menggunakan bensin, saat ini lebih
banyak memakai bahan bakar solar yang lebih murah, namun lebih efisien dan
menghasilkan tenaga besar. Perubahan ini terjadi begitu cepat. Tidak jarang
terjadi, dalam waktu relatif singkat, sudah bermunculan teknologi baru untuk
meningkatkan kinerja mesin.
Kalau dahulu banyak mesin dengan RPM
rendah yang ditandai dengan conrod yang panjang (stang sekher), maka sekarang
mobil menggunakan mesin dengan stang sekher yang pendek, yang memungkinkan
mesin berputar pada RPM tinggi. Hasilnya, tenaga mesin meningkat akan tetapi
lebih irit BB. Mesin-mesin masa kini secara fisik tampaknya kecil, akan tetapi
dalam kinerja ternyata menghasilkan tenaga yang begitu besar. Sistem pemasukan
Kalau diteliti lebih lanjut, tampak bahwa upaya atau konsentrasi para ahli
teknologi mesin tersebut diarahkan pada sistem pemasukan bahan bakar. Komponen
di bagian ini direkayasa sedemikian rupa sehingga BB yang biasanya 25% energi
panas untuk menggerakkan mesin, dapat ditingkatkan. Umpamanya, mubasirnya 34%
yang dibuang lewat knalpot, 32% diisap kembali oleh sistem pendinginan mesin,
dan lainnya sebesar 9% dapat dikurangi. Jumlah lubang klep diperbanyak, memang
diperlukan untuk mempercepat pemasukan BB dan udara. Mekanisme penggerap klep
juga banyak mengalami rekayasa. Kita menjadi terbiasa mendengar mesin dengan 16
klep (valve) untuk 4 silinder maupun 24 klep untuk 6 silinder. Kemudian diikuti
dengan mesin yang menggunakan cam shaft (noker as) lebih dari satu, nama
populernya DOHC (Double Overhead Cam shaft) atau twincam. via:
techno-electronic
sumber:
www.duniaotomotif.net