sistem kendaraan bermotor
Woa Amazing,… Nah sekarang bisa
dibayangkan bagaimana kalau kita menggunakan ABS dan tau akibat dari tidak
menggunakan ABS? bagaimana . karenan
keselamatan pengemudi dan penumpang adalah hal yang sangat Penting.
Sistem rem ABS Merupakan Sistem
rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem
pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi
pengereman mendadak/keras saat melaju cepat.
Sistem pengereman ini bekerja
apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua
roda berhenti sementara mobil masih dalam kondisi melaju, membuat kendaraan
tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia
akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya
kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa
mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak
pengereman makin efektif dan aman.
Manfaat Fitur Sistem ABS
Kesalahan dalam persepsi pada
fungsi rem menyebabkan rendahnya pemahaman konsumen pada manfaat rem ABS
(Anti-lock Braking System). Karena itu, tak heran bila masih banyak konsumen
mobil yang menganggap remeh fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur ABS sangat
besar manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat pengereman mendadak
terlebih dilakukan di kondisi jalan yang licin.
Sampai saat ini pun masih banyak
di antara pengemudi yang memahami rem sebagai penghenti laju kendaraan.
Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran roda. Cobalah Anda bayangkan,
mengapa mobil yang berlari kencang masih meluncur ketika rem sudah diinjak
sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi lintasan basah atau
berpasir.
Penyebab masih meluncurnya mobil
setelah di rem bukan karena roda yang masih berputar, tapi diakibatkan gaya
sentrifugal. Semakin kencang pergerakan mobil maka semakin besar potensi gaya
sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan pengentian mendadak. Pada mobil
tanpa fitur ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang
terkunci oleh rem.
Efek dari gaya sentrifugal memang
hanya melempar mobil lurus ke depan. Namun bisa dibayangkan, bagaimana bila
ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda depan sedang dalam keadaan
miring. mobil akan meluncur tak terkendali, bahkan paling fatal mengakibatkan
mobil terbalik.
Untuk mengurangi gaya sentrifugal
itulah maka tercipta tehnologi rem ABS. Namun jauh sebelum ABS ditemukan para
pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual. Para pembalap
biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal
rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami
metode ini dengan melakukan tindakan “mengocok” rem. Namun hampir sebagian
besar dari mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari
tindakannya itu.
Sebetulnya, yang dilakukan
pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama dengan prinsip sederhana kerja
fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara gradual dengan pengereman
bertahap. Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari
roda terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong mobil ikut
terkurangi.
Pada mobil-mobil mahal, sistem
ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang cerdas. Beberapa mobil canggih
bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang dibutuhkan untuk masing-masing
roda.
Namun terkadang, tanpa di sadari,
banyak pengendara mobil berfitur ABS masih memperlakukan gaya pengereman
“mengocok”. Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan. Sebaliknya bila hal ini
dilakukan maka hanya akan membingungka sensor ABS yang pada ujungnya mengurangi
sensitifitas pengereman.
Jadi, bila Anda ingin membeli
mobil pikirkan manfaat fitur ABS. Lagi pula apa ruginya menambah uang untuk
sebuah sistem yang akan memberi keselamatan bagi Anda dan keluarga anda?
Mercedes-Benz S-Class terbaru
termasuk mobil yang menggunakan teknologi pengereman ABS paling mutakhir.
Cara Kerja Rem ABS + Piranti
Pendukung EBD
Ide dibalik teknologi ABS pada
dasarnya sangatlah sederhana. Biasanya saat rem diinjak secara penuh, keempat roda kendaraan
akan langsung mengunci. Setelah itu, mobil meluncur lurus ke depan tak bisa
dikendalikan dalam posisi membelok. Ketidakstabilan itulah yang sering terjadi
pada sistem rem nonABS. Hal seperti itu, tentu menimbulkan risiko kecelakaan,
apalagi bila di depannya ada rintangan atau kondisi jalan yang licin atau rusak.
Lain lagi dengan sistem ABS. Rem
ini dirancang anti mengunci dengan tujuan untuk mencegah selip. Selain itu,
membantu pengemudi memantapkan kendali pada setir dalam situasi pengereman
mendadak. Dengan kata lain, ABS mencegah roda kendaraan untuk mengunci,
mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhenti dan memperbaiki pengendalian
pengemudi di saat pengereman mendadak.
Proses kerja ABS, yaitu saat
pengemudi menginjak rem, keempat roda langsung mengunci. Namun, saat pengemudi
tiba-tiba membelokkan setir ke kiri atau ke kanan, komputer secara otomatis
melepas roda yang terkunci. Dengan sistem itu, maka mobil bisa dikendalikan dan
dihentikan, sekaligus menghindari rintangan di depannya.
Cara kerja ABS adalah mengurangi
tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada kaliper kanvas yang menjepit piringan rem
atau teromol. Tekanan minyak rem disalurkan secara bertahap. Sehingga secara
perlahan-lahan kendaraan dapat dihentikan saat pengereman mendadak.
Dalam perkembangannya sistem ABS
ternyata dianggap belum cukup, sehingga para pakar otomotif pun mengembangkan
teknologi pendukungnya. Piranti itu diberi nama EBD yang dirancang dengan
tujuan memperpendek jarak pengereman yaitu saat rem diinjak sampai mobil
benar-benar berhenti. EBD bekerja dengan memakai sensor yang memonitor beban
pada tiap roda. Proses kerjanya, jika rem diinjak, maka komputer akan membagi
tekanan ke setiap roda sesuai dengan beban yang dipikulnya. Dampaknya jarak
pengereman menjadi semakin pendek.
Kedua piranti ABS dan EBD saling
bekerja sama untuk meningkatkan keselamatan. Sensor yang berada pada setiap
roda memonitor kapan roda terkunci saat pengereman. Setiap sensor memberikan
sinyal ke piranti EBD untuk mengatur kapan harus melepaskan tekanan hidrolis
atau memberi tekanan kembali dalam waktu amat singkat.
Ketika rem diinjak dan roda
berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang akan mengunci. Unit EBD
kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan pengereman agar roda kembali berputar,
hingga mencegah roda mengunci.
Teknologi rem berkembang semakin
canggih. Rem tidak lagi hanya berfungsi pada saat pengemudi menginjak pedal.
Teknologi itu disebut electronic stability program (ESP), atau traction
control.
Sensor khusus dipasang untuk
mengontrol perputaran tiap-tiap roda. Jika sebuah roda mengalami spin (berputar
lebih cepat karena roda tidak menapak di permukaan jalan/ tanah), maka rem akan
segera menghentikan roda itu. Selanjutnya torsi dipindahkan ke roda-roda yang
menapak lebih baik, sampai roda yang mengalami spin berfungsi kembali. Rem juga
akan berfungsi saat mobil mengalami understeer (terlambat menikung sehingga
mobil keluar jalur) atau oversteer (menikung terlalu cepat sehingga melintir).
Jarak pengereman dalam kondisi
jalan kering dan basah tentu berbeda. Kami pun mencari tahu sejauh apa perbedaannya
dengan mobil ber-ABS dan tanpa sistem rem pintar ini…
KITA tidak pernah tahu apa yang
akan terjadi di jalan. Kewaspadaan pengemudi tentu menjadi poin utama dalam
mengemudi. Sehingga ketika menghadapi kondisi yang tidak terduga, Anda pun
sudah siap merespons.
Namun selain waspada ketika
mengemudi, mengenali mobil Anda juga penting. Seperti mengetahui sistem kerja rem
yang digunakan di mobil anda dan karakter mobil ketika mengerem.
Umumnya mobil saat ini dilengkapi
rem cakram di kedua roda depan dan teromol di belakang. Ada pula yang
menggunakan rem cakram di keempat rodanya. Selain itu perlu juga diketahui,
apakah mobil yang Anda gunakan sudah mengaplikasi Anti Lock Braking System (ABS)
atau tidak.
Perbedaan-perbedaan ini membuat
jarak pengereman setiap mobil menjadi berbeda. Selain itu, ada beberapa faktor
lain yang juga berpengaruh pada pengereman. Yaitu bobot kendaraan termasuk
beban yang diangkut, kecepatan kendaraan, bentuk dan profil ban, kondisi jalan,
serta teknik pengereman.
Nah, kami tertarik untuk
membuktikan perbedaan jarak pengereman aktual pada kondisi kering dan basah
dengan kecepatan 50 km/jam dan 80 km/jam. Untuk menunjukkan perbedaan hasil
pengereman ini kami juga menggunakan dua mobil yang berbeda.
Unit pertama adalah Toyota Vios G
dengan rem ber-ABS dan bobot kosong 1.050 kg. Sementara satu lagi adalah Toyota
Yaris J untuk mobil tanpa ABS yang memiliki bobot kosong 1.040 kg. Agar hasil
pengukuran ini akurat, kami menggunakan alat ukur Vericom VC3000 dan pengetesan
kami lakukan di Bridgestone Proving Ground di Karawang, Jawa Barat.
REM BER-ABS
PERANTI ABS (Anti-lock Braking
System) berguna untuk meminimalkan kemungkinan roda mengunci ketika melakukan
pengereman keras. Dengan begitu mobil masih bisa diarahkan untuk manuver
menghindar.
Sistem rem ABS ini terintegrasi
dengan komputer. Ketika pengemudi menginjak penuh pedal rem, sensor kecepatan
ABS di setiap roda akan membaca apakah ban mengunci atau tidak.
Karena berfungsi untuk mencegah
roda tidak terkunci, komputer akan mengatur tekanan hidraulis yang diterima
oleh piston di kaliper rem. Itu sebabnya Anda akan merasakan tendangan balik
pada pedal rem saat pengereman mendadak (panic brake) pada mobil ber-ABS.
Dari kecepatan 50 km/jam di jalan
kering, jarak pengereman hingga berhenti total yang dibutuhkan Toyota Vios adalah 9,6
meter dengan waktu 1,36 detik. Sementara jarak pengereman dari kecepatan 80
km/jam memerlukan 26,7 meter dalam 2,18 detik.
Pada pengerema di jalan basah,
Vios membutuhkan jarak 10,5 meter dengan 1,73 detik untuk berhenti total dari
kecepatan 50 km/jam. Ini berarti lebih jauh 0,9 meter dari kondisi kering.
Dengan kecepatan lebih tinggi
yaitu kurang lebih 80 km/jam, Small Sedan ini membutuhkan jarak 28,48 meter dan waktu 2,44
detik, atau berselisih 1,78 meter dari kondisi kering. Hasil lainnya, sistem
ABS membuat mobil tidak terindikasi membuang atau melintir baik di lintasan
basah maupun lintasan kering.
[Belajar Technology, Cerdas Technology, Technology Comunitas Study, Source of Inspiration Club, Klub Persahabtan Mahasiswa Antar Universitas]