macam macam sensor suhu.
seperti yang kita ketahui, sensor adalah suatu
piranti yang dapat mengubah besaran fisik menjadi besaran mekanik. Jadi sensor
suhu adalah suatu pirantiyang dapat mengubah besaran suhu menjadi besaran
tegangan, gerakan atau resistansi. Sensor suhu terdapat banyak macamnya, antara
lain:
Bimetallic
temperature sensor
Thermocouple
Resistance
temperature detector (RTD)
Thermistors
Integrated
circuit temperature sensor (ex : lm35)
penjelasannya sebagai berikut: 1. Bimetallic
temperature sensor
sensor ini mengubah mampu besaran suhu menjadi
gerakan. sensor ini terbuat dari dua buah logam yang disatukan atau direkatkan
menjadi satu. Cara kerja dari sensor ini adalah setiap logam kan mempunyai
koefisien muai yang berbeda-beda maka jika dua buah logam yang memiliki koefisien
muai yang bebeda disatukan maka gabungan kedua logam itu akan melengkung jika
dipanasi. Karena sifatnya yang bisa melengkung jika terkena panas maka bimetal
ini sering dipakai sebagai saklar suhu otomatis atau sebagai alat ukur suhu
yang analog.
salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada setrikaan listrik pada setrika jika suhu melebihi batas yang telah ditentukan maka setrika akan mati sendiri dan akan ada bunyi "tik", itu sebenarnya adalah Bimetallic temperature sensor yang sedang melengkung. Disini bimetal berfungsi sebagai saklar suhu otomatis yang akan memutus kontak listrik jika suhu setrika melebihi batas yang ditentukan.
2.Termokople
Termokople adalah suatu sensor suhu yang mengubah
besaran suhu menjadi besaran tegangan. Dasar pembuatan termokople terinspirasi
oleh sifat logam yang jika kedua ujungnya diberi perbedaan suhu dan
menghasilkan tegangan.
termokopel dibagi menjadi beberapa jenis, pembagian
ini didasarkan oleh logam logam penyusun termokopel. Jenis jenis termokopel
yaitu:
1.Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al
alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia
untuk rentang suhu −200 °C hingga +1200 °C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))Tipe E
memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
3. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya
kurang populer dibanding tipe K Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
4.Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si
alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi
membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat
mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C,
sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe KTermokopel tipe B, R,
dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang hampir
sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena
sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk
mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi
output yang sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di
bawah suhu 50 °C.
6. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas
rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum.
7. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas
rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar
pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).]
8. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C.
Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari
constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian
kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C
Karena termokopel ini mampu mendeteksi rentang suhu
yang tinggi maka termokopel ini biasa dipakai di dunia industri atau para
peneliti.